Pameran Keramik Tembikar Jepang

Sebanyak 35 seniman tradisional Jepang memamerkan keramik bejana di Hall the Japan Foundation, Gedung Summitmas Jalan Jenderal Sudirman Kav 61-62, Jakarta Selatan. Pameran yang diprakarsai The Japan Foundation ini bertajuk Generasi Baru dari Tungku Tradisional Jepang.

Panitia Pelaksana Pameran, Diana, mengatakan, 35 seniman yang karyanya dipamerkan, aktif berkarya di tujuh lokasi tungku tradisional pembakaran di Jepang. Mereka berbeda dalam orientasi. Beberapa orang di antaranya mengemban tradisi lama pembuatan tembikar sambil terus mengejar standar yang lebih kaya dalam kerajinan mereka. Sementara yang lain memcoba untuk menciptakan karya-karya yang lebih individualis sambil menjelajahi bentuk-bentuk baru.

"Semuanya adalah seniman yang menjanjikan yang akan menjadi pemimpin generasi berikut dari seni keramik Jepang. Pameran kali ini terfokus pada bejana, dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana para seniman keramik memandang fungsi bejana, sebagai bagian dari upaya untuk memahami situasi tembikar saat ini dan di masa depan," katanya, Sabtu (26/7) di Jakarta.

Diana menjelaskan, The Japan Foundation terlibat dalam aktivitas pertukaran kebudayaan internasional dengan lebih dari 130 negara di seluruh dunia. Tiga bidang yang menjadi pusat perhatian yatu pertukaran seni dan budaya, pendidikan bahasa Jepang di luar negeri, serta studi Jepang dan pertukaran intelektual.

The Japan Foundtion juga mengadakan pameran keliling lukisan, keramik, kerajinan tangan, seni cetak, dan fotografi ke seluruh dunia. Pameran Keramik Tembikar Jepang ini berlangsung hingga 4 Agustus mendatang. Tempat pameran buka Senin-Minggu pukul 09.30 sampai 18.00 WIB, kecuali 30 Juli 2008. [Selengkapnya.]

Ketika Tradisi Cognac dan Kopi Bersatu...

Awalnya, Cyril Camus, generasi kelima penerus Camus Cognac hanya terfokus pada kelangsungan bisnis keluarganya sebagai salah satu penghasil brandy terkemuka di Perancis.

Ia tidak pernah berpikir untuk mengembangkan usahanya dengan produk lain, sampai suatu hari mencicipi salah satu kopi terbaik Indonesia, kopi Toraja kelas premium. Selain rasanya yang khas dan elegan, ada kesamaan lain yang membuatnya jatuh cinta, tradisi.
Kopi toraja dan cognac dikelola secara turun menurun oleh keluarga, bukan perusahaan. Sejak 1863, keluarga Camus sudah memproduksi minuman yang berasal dari anggur di area sekitar kota Cognac, Perancis.

“Keluarga Camus percaya ada nilai-nilai keluarga yang terdapat pada setiap produk Camus,” katanya.

Nilai dan tradisi keluarga inilah yang juga dilihatnya pada sejarah panjang kopi asal Tana Toraja, Sulawesi, yang tumbuh dalam kebun-kebun kopi sederhana milik keluarga-keluarga Toraja. Ditambah lagi, kopi dan cognac adalah minuman yang biasa dinikmati setelah jamuan makan.

“Kopi Toraja masih milik rakyat setempat dan dikelola oleh keluarga. Cara memetik kopi juga masih satu-satu dengan menggunakan tangan. Camus cognac sendiri saat ini merupakan satu-satunya produsen cognac yang masih dikelola keluarga,” terang Louisa Halim, Direktur PT JJ Multi Utama Indonesia, produsen kopi Toraja, beberapa waktu lalu di Huize van Welly, Plasa Indonesia, Jakarta.

Beberapa kesamaan itu akhirnya membuat Cyril berniat mempopulerkan Kopi Toraja ke seluruh dunia, dengan konsep yang ketika memasarkan Camus Cognac ke seluruh dunia. Karena Camus sudah mempunyai reputasi terkenal dengan kualitas cognacnya, maka brand ini tetap diusung dalam kopi. Jadilah nama Camus Coffee, dengan menggandeng dua perusahaan Indonesia, PT JJ Multiutama sebagai produsen dan PT API sebagai distributor di Indonesia.

Special Blend

Louisa menuturkan, tidak gampang menemukan kopi kualitas pertama atau pun kedua di Indonesia. Rata-rata, yang beredar di pasaran dalam negeri adalah kopi kualitas ketiga. Sementara, untuk kualitas diatasnya hanya dipasarkan di luar negeri.

“Ayah saya akhirnya mencari sendiri dan menemukan kopi Toraja kelas pertama yang memang sudah cukup dikenal di luar negeri, selain kopi Mandailing” imbuhnya.

Khusus untuk Camus Coffee, pihaknya memang meracik special blend yang sudah disesuaikan dengan rasa internasional. Orang Indonesia, cenderung menyukai kopi yang ‘berat’. Camus Coffee, lanjutnya, dibuat lebih ringan tetapi full bodied (seperti membandingkan antara susu full krim dan susu skim).

Hmm…gimana yach rasanya? Saya membuktikannya dengan memesan secangkir kopi Camus yang berasal dari jenis Arabika di Huize van Welly sore itu. Ketika saya mencicipinya, terasa benar kalau kopi ini lebih ringan, tetapi tidak menghilangkan cita rasa aslinya, dengan after taste yang crisp and clean. Pas di lidah saya yang tidak coffee minded.

Karena kualitasnya yang premium, kopi ini memang dijual dengan harga diatas rata-rata. Dikemas dalam kotak kaca yang elegan dan eksklusif, satu kemasan dengan isi 250 gram dijual dengan harga 35 dollar.

“Kita memang mengedepankan after fine dining experience yang ekslusif, premium dan juga high quality. Jadi, tidak semata-mata menjual kopi dengan harga mahal,” ungkapnya.

Selain Indonesia, Camus Coffee juga sudah dipasarkan di beberapa negara, yakni, Filiphina, Thailand, China, Lithuania dan Rusia.

[Selengkapnya.]