Ya ampuun..

Beberapa pekan yang lalu, di sebuah sekolah dasar swasta di kebayoran lama Jakarta selatan, dikejutkan dengan berita yang membuat orang yang mendengarnya terkesiap kaget. Pasalnya, seorang anak laki-laki kelas 4 sekolah dasar tersebut memperlakukan adik kelasnya dengan tidak senonoh. Hal itu dilakukannya di kamar kecil sekolah. Peristiwa ini adalah salah contoh akibat bebasnya akses informasi yang semestinya tidak dikonsumsi anak-anak. Memprihatinkan memang tayangan2 di televisi, media cetak dan internet yang menyajikan tontonan yang seharusnya dikonsumsi orang dewasa. Kebebasan pers ternyata kebablasan dan sepertinya tidak bisa lagi dikendalikan, begitu mudahnya anak-anak mendapatkan informasi yang selayaknya bukan untuk mereka.

Kekerasan seksual pada anak tidak hanya dilakukan oleh anak-anak. Tapi banyak pula pelakunya adalah orang dewasa. Hal ini merupakan kisah horor bagi para orang tua. Dan yang paling sulit kita terima adalah kekerasan itu dilakukan oleh orang-orang terdekat yang pastinya sudah dikenal. Anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi, tumbuh secara aman dan nyaman. Kekerasan yang dialami anak-anak tidak hanya meninggalkan luka fisik tapi juga luka psikologis. Dan luka psikolologis itulah yang berat, sulit untuk disembuhkan. Karna kekerasan atau hal buruk yang dialami anak-anak akan menjadi trauma dan akan mempengaruhi perkembangan mentalnya. Biasanya, anak-anak yang mengalamai kekerasan fisik akan menjadi anak yang bertemperamen tinggi, mudah tersinggung dan mempunyai tindakan yang tidak jauh seperti yang dialami sewaktu kecil. Demikian juga anak-anak yang mengalami kekerasan seksual, biasanya setelah beranjak dewasa anak tersebuit akan tumbuh menjadi manusia yang mempunyai kelainan pada kehidupan seksnya misalnya seperti menjadi homo, gay atau bentuk penyimpangan2 seks lainnya.

Pada bentuk kekerasan seksual, sayangnya tidak mudah untuk mengenali tanda-tanda kekerasan itu telah terjadi. Selain anak tersebut menyimpan sendiri rapat-rapat yang dialaminya dan juga mungkn ada yang tidak merasa telah terjadi kekerasan seksual pada dirinya.

Menurut konselor salah satu acara talkshows di stasiun radio di jakarta, ada beberapa tanda yang perlu dicurigai dan dipertimbangkan, jangan-jangan si kecil telah menjadi korban.

1. Tanda fisik
Pada balita:

Si Kecil mengeluh sakit pada bagian kelamin, adanya memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, serta penyakit kelamin.

Pada anak pra sekolah:
Hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala terus-menerus, sakit perut, sembelit.

2. Tanda perilaku emosional
Pada balita:

Perubahan kelakuan yang tiba-tiba, takut pada orang tertentu atau tempat tertentu, gangguan tidur, perkembangan terhambat.

Pada anak pra sekolah:
Anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual, masturbasi berlebihan, susah konsentrasi, menarik diri, sedih, lesu.

Jika tak yakin dengan tanda-tanda tersebut, kita bisa mencoba mengorek cerita dari anak. Lakukan pendekatan dengan bahasa anak-anak, jangan memaksa karena anak akan menjadi takut dan merasa ia yang bersalah.

Percayalah pada apa yang dikatakan anak dan ambil tindakan yang diperlukan, misalnya dengan membawanya berkonsultasi ke psikolog sebelum kejadian tersebut berkembang menjadi peristiwa traumatis dan mengganggu perkembangan kepribadiannya.

[Selengkapnya.]

Kenapa kamu nak..?

Tiga hari yang lalu wulan (2,6 tahun) diberi jajanan oleh pengasuhnya snack yang rasanya enak sih gurih dan asin2 dikit, malamnya ada tetangga yang bawa dia muter-muter komplek dan pulangnya dibelikannya permen kojek sebanyak empat buah. Seharian wulan sehat-sehat saja dan seperti biasanya menunjukan keceriaannya tapi...malam itu, setelah dia makan sedikit permen yang diberikan tetangga sebelah, batuk dan pilek tiba2 datang menyerang dan sangat mengganggu sekali sampai2 susah bernafas dan tidurnyapun terganggu. Keesokan harinya mamanya belikan dia Triaminic ekspektoran di apotek, sudah dibaca juga efek samping dari obat tersebut dan diberipun sesuai petunjuk minumnya. Tapi diluar dugaan, malam setelah diberikan obat itu, dia gelisah, keringat dingin, mual sampai muntah2 berulang2 dan berlangsung sampai keesokan harinya. Kemudian konsumsinya dihentikan takut efek samping dari obat itu akan membuat keadaan semakin buruk. Akhirnya diputuskan untuk membawa wulan ke rumah sakit terdekat.

Sangat disesalkan jajanan2 anak yang sekarang beredar dipasaran banyak sekali merugikan dan berbahaya, bukan hanya bikin radang tenggorokan atau pilek tapi lebih jauh dari itu...

Dengan bantuan paman google ku temukan situs yang menjelaskan bahayanya vetsin pada balita. Disebutkan bahwa zat pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow, penyebab gangguan kesehatan hingga kanker hati. Disamping itu, mengkonsumsi monosodium glutaman (MSG) yang biasa dikenal sebagai vetsin dalam jangka panjang secara terus menerus menyebabkan ketidakmampuan untuk berfikir dan belajar. Penelitian lainnya menunjukan adanya bahan tambahan pada minyak goreng. Dalam minyak goreng biasanya ditambahkan bromida agar minyak berwarna jernih. Padahal, kandungan ini berbahaya. Anak-anak sangat menyukai jajanan yang digoreng. Mengenai minyak goreng, ada aturan bahwa penggunaan untuk makanan hanya boleh untuk beberapa kali pakai saja. Namun, seringkali aturan tersebut tidak diperhatikan. Bila minyak goreng dipakai berulang kali, maka akan terbentuk unsur yang menjadi karsinogen bagi tubuh. Makanan yang manis-manispun menjadi incaran bagi anak-anak. Makanya, untuk itu banyak industri makanan anak-anak yang mengguanakan pemanis buatan yang harganya lebih murah daripada pemanis alami. Lihat saja, dari industri kecil sampai besar, banyak yang menggunakan aspartam (jenis pemanis buatan) dalam produk makanannya. Kandungan zat-zat ini banyak ditemukan di makan dalam kemasan untuk anak-anak. Bila ditinjau dari sudut perlindungan konsumen keamanan makanan, jajanan di Indonesia jelas sangat buruk. Bila dibiarkan, itu berarti terjadi ketidakperdulian terhadap undang-undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999. Peranan semua pihak diperlukan untuk memantau kwalitas bahan2 yang terkandung didalam jajanan anak-anak. Orangtua, pemerintah dan semua pihak yang terkait dalam produksi jajanan/panganan untuk anak sangat diperlukan sekali.

Jadi, apakah kita semua mau membiarkan anak-anak kita sakit?
Lebih luas lagi, bagaimana nasib bangsa ini kedepan?

[Selengkapnya.]

Aduh bandelnya anakku !

Anak nakal jika diperlakukan dengan tepat dapat berubah menjadi baik

Wajar dan tidak wajar

Semua tingkah laku yang tidak sesuai dengan usianya, cenderung melanggar aturan di dalam keluarga, melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat, merugikan orang lain dan merusak fasilitas-fasilitas umum, dapat digolongkan sebagai bentuk perilaku bermasalah. Jika aksi menangis berguling-guling dilakukan anak nerumur 2 tahun, hal itu masih bisa dianggap wajar. demikian juga jika anak berusia toddler menendang-nendang dan membanting barang. Tetapi jika hal itu dilakukan oleh anak usia 6 tahun, atau usia sekolah, itu sudah termaksud masalah perilaku, karena sudah tidak sesuai dengan usia anak. Semakin besar usia anak, diharapkan perilaku itu semakin menghilang.

Biasanya pada usia sekolah anak sudah tidak lagi berperilaku seperti itu. Anak sudah mulai mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Sementara anak usia 2-3 tahun belum tahu mengenai hal itu, karena baru mulai diperkenalkan dengan nilai dan norma-norma. Demikian juga perilaku yang melanggar aturan dan merugikan orang lain, misalnya membolos, mencuri, menyakiti binatang atau lebih parah lagi menyampaikan agresivitasnya dengan cara-cara brutal yang tidak diharapakan masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut, anak iseng yang melakukan kenakalan "biasa", tetapi selalu membuat orang lain merasa terganggu, juga termaksud anak yang memiliki masalah perilaku.

Waspadai gejalanya

Anak yang berpotensi memiliki perilaku bermasalah, biasanya terlihat dari temperamennya yang sulit. Ciri2nya antara lain memiliki tingkat aktifitas yang tinggi sekali, dan sulit beradaptasi dengan hal-hal yang baru. Sebaikanya orang tua waspada jika anak bayi menangis luar biasa keras bahkan mungkin sampai tubuhnya kejang bila ada keinginananya tidak terpenuhi. "itu tandanya anak tersebut memilii karakter yang keras, agresivitasnya tinggi atau tidak bisa mengkontrol keinginannya. Jika gejala2 tersebut tampak, orang tua harus melakuakan upaya antisipasi agar perilaku anak tidak berkemabang menjadi buruk. Namun, karena cakupan tingkat keparahan masalah perilaku ini sangat luas, orang tua perlu memilih strategi penanganan yang tepat, jika orang tua tidak tahu cara mengatasinya dianjurkan menemui profesional.

Kesalahan Orang Tua

Berhadapan dengan anak yg nakal dan berperilaku buruk, seringkali orang tua bereaksi dengan penanganan yang tidak tepat. Bukannya bertambah baik bahkan mungkin perilaku tersebut bertambah buruk. Anak yg hiperaktif misalnya mengalami kerusakan neurologis membuat dia tidak dapat mengendalikan tindakannya. Anak dicap nakal, kemudian dihukum. "Dengan hukumana anak semakin nakal, kemudian menjadi lingkaran setan yang tidak berhenti. Anak yang seperti itu membuat orang tua jengkel, marah dan memukul. Dan makin dipukul makin nakal dia.

Selain itu kesalahan lain lain yang sering dilakukan orang tua adalah, ketika berhadapan dengan kenakalan anak emosi orang tua menjadi tidak terkontrol, mempermalukan anak di depan umum karna kemarahan orang tua. Kesalah lain adalah orang tua membiarkan anaknya karena tidak tahu harus berbuat apa, mungkin menganggap kenakal anak adalah hal yang lucu dan biasa.

Terima kasih buat mbak Meli Simarmata
Boleh bagi-bagi sharingnya yaaa.....
[Selengkapnya.]